Question Mark Pengetahuan: makalah agama(keutamaan orang beriman dan berilmu)

Sabtu, 07 September 2013

makalah agama(keutamaan orang beriman dan berilmu)



BAB II PEMBAHASAN

  keutamaan orang beriman dan berilmu
                               
A. KEUTAMAAN ORANG BERIMAN DAN BERILMU
 Firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah:
يا أَ يُّهَا  ا لَّذ ينَ  ا مَنُـوْا  إِ ذَا  قـيْـلَ  لَـكُـمْ  تَـفَـَّسـحُـوا  فِـى ا لْـمَجَـا لـِسِ  فـا فـسـحـوا  يـفـسـح  ا لله
نـكـم   و إ ذا  قـيـل  ا نـشــزوا   فا نـشـزوا .  يـر فـع  الله  ا لذ يـن  ا مـنـوا  مـنـكـم  و ا لذ يـن  أ و تـوا   ا لـعــلـم   د ر
جـا ت . ( ا لـمـجـا د لـه : 11)
            ‘Hai orang orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu ‘berlapang lapanglah dalam majelis , maka lapangkanlah niccaya Allah akan memberi kelapangan untukmu .dan apabila dikatakan ;’berdirilah kamu’ , maka berdirilah, niscaya  Allah akan meninggikan orang orang yang beriman diantara kamu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan  beberapa derajat .dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (qs.58;11)
Penjelasan: QS.Al Mujaadilah ayat 11
Orang mukmin diperintahkanuntuk berlapang lapang dalam majelis.
Orang mukmin diperintahkan untuk mengikuti perintah (Allah dan pemimpin yang taat kepada Allah)
Allah akan mengangkat derajat orang-orang yan beriman dan berimu dengan derajat yang berlipat.
Allah Maha Mengetahui terhadap apa apa yang manusia kerjakan.
  1.      Manfaat Iman Bagi Kehidupan
Sebagai manusia ada yang tidak percaya akan adanya sesuatu yang tidak dapat mereka
tangkap oleh salah satu panca indra. Bagi mereka, apa-apa yang tidak dapat ditangkap oleh salah satu panca indra itu berarti tidak ada. Sebagian lagi ada yang berpendirian bahwa mereka hanya dapat menerima kebenaran sesuai bila hal itu masuk akal. Orang orang seperti ini hanya mempergunakan akalnya untuk menerima sesuatu tanpa melibatkan unsur kepercayaan dengan keterbelakangan, karena itu mereka tidak mempercayai pada apa saja yang dianggap tidak rasional padahal pada kenyataan sehari-hari seseorang tidak mungkin melepaskan diri dari kepercayaan. Beberapa pokok  manfaat dan  pengaruh iman pada kehidupan manusia
  1. Iman melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda. Orang-orang beriman hanya percaya kepada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kepercayaan dan keyakinan yang demikian memberikan sikap mendewa-dewakan manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan;menghilangkan kepercayaan kepada kesaktian benda-benda keramat,jampi-jampi dan sebagainya
  2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian itu ditangan Allah. Firman allah: “Dimana saja kamu berada, kematian akan datang mendapatkan Kamu kendatipun kamu dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.(An-nisaa,4:78)”.
  3. Iman menanamkan sikap ³self help´ dalam kehidupan rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Banyak orang yang melepaskan pendiriannya karena kepentingan penghidupannya. Firman Allah: “Dan tidak ada satu binatang melatapun di bumi melainkan Allah lah yang memberi rezekinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya (lauhmahfud).(hud,11;6)
  4. Iman memberikan ketentraman jiwa acap kali manusia dilanda resah dan duka cita, digoncang oleh keraguan dan kebimbangan. Orang beriman mempunyai keseimbangan, hatinya tentram (mutmainnah), jiwanya tenang (sakinah).
  5. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayibah) kehidupan yang baik ialah kehidupan orang-orang yangselalu melakukan kebaikan, mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik
  6. Iman melakukan sikap ikhlas dan konsekuen iman memberikan pengaruh kepada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpa pamrih orang yang beriman akan senang tiasa konsekuen dengan apayang telahdiikrarkanya,baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya.
2.      Kelebihan Ilmu Dibanding Harta
Menurut ayat tersebut, Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa tingkat. Oleh karenanya Allah menyuruh manusia berpikir menggali ilmu pengetahuan, membentuk majelis ta’lim, membaca ayat-ayat Allah, baik ayat yang tertulis maupun yang tercipta yaitu segala sesuatu yang diciptakan Allah misalnya langit, bumi, gunung, bintang, dll.
Khalifah Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa ada sepuluh kelebihan ilmu dibanding harta, yaitu:
  1. Ilmu adalah warisan para nabi, sedangkan harta adalah warisan dari Fir’aun, Qarun, dan lain-lain.
  2. Ilmu selalu menjaga orang yang mempunyainya, sedangkan harta dijaga oleh orang yang mempunyainya.
  3. Orang yang berilmu banyak mempunyai teman, sedangkan orang yang berharta mempunyai banyak lawan.
  4. Ilmu apabila diberikan kepada orang lain akan bertambah sedangkan harta bila diberikan akan berkurang.
  5. Ilmuwan sering dipanggil alim, ulama, dan lain-lain. Sedangkan hartawan sering dipanggil bakhil, kikir, dan lain-lain.
  6. Pemilik ilmu akan menerima syafaat pada hari kiamat, sedangkan pemilik harta dimintai pertanggungjawabann ya.
  7. Ilmu apabila disimpan tidak akan habis, sedangkan harta bila disimpan akan usang dan lapuk.
  8. Ilmu tidak usah dijaga dari kejahatan, sedangkan harta selalu dijaga dari kejahatan.
  9. Ilmu tidak memerlukan tempat, sementara harta memerlukan tempat.
  10. Ilmu akan menyinari hati hingga menjadi terang dan tenteram, sedangkan harta akan mengeraskan hati.
Nasihat yang disampaikan Ali tersebut menegaskan kepada kita bahwa ilmu lebih mulia dari pada harta, dalam mencari harta kita boleh jadi merugi, akan tetapi sejauh mana pun kita mencari ilmu tidak akan pernah ada istilah merugi.
Beribadah kepada Allah dan menuntut ilmu adalah suatu kewajiban bagi seorang muslim.
Ilmu sangat penting dan sangat tinggi manfaatnya (QS.Shaad:45)
Keimanaan lebih utama dibanding ilmu (QS.As Shaaffat:81)
Dengan beriman dan berilmu derajat manusia akan semakin meningkat.
Agama akan semakin ditinggikan apabila umatnya semakin beriman dan berilmu.
3.      Empat Akhlak Yang  Melekat Dalam Diri Orang Yang Berilmu
Akal yang cerdas dan brilian memang sebuah anugerah. Namun ia bukan merupakan perantisatu-satunya dalam membimbing manusia untuk meraih kesejatian. Bahkan tidak sedikitorang yang kebablasan, sehingga menuhankan akal. Dalam kaitan ini, maka agama danakhlak mesti terus mengawali kemampuan akal ini, sebagaimana yang diujarkan oleh Umar  bin Khaththab: ³Modal seorang laki-laki adalah akalnya, kemuliaannya terletak padaagamanya, dan harga dirinya ada pada akhlaknya.´Bila akhlak menjadi parameter dari harga diri seseorang, maka lebih-lebih terhadap ulama.Maka akhlak menjadi bagian yang inheren dan instrinsik dengan dirinya. Dari permenungan Imam Mawardi, setidaknya ada empat akhlak yang harus melekat dalam diri orang yang berilmu,yaitu:
Pertama, tawadhu dan tidak ujub. Karena Nabi mengatakan: ³Sesungguhnya ujub itu akanmemakan hasanah (kebaikan) sebagaimana api melalap kayu bakar.´ Seorang ulama juga berujar: ³Barangsiapa yang takabur dan merasa tinggi dengan ilmunya, Allah akanmerendahkannya, dan barangsiapa yang tawadhu’ (rendah hati) dengan ilmunya, Allah akanmengangkatnya.
Kedua, mengamalkan ilmu. Dalam hal ini, Ali bin Abu Thalib mengingatkan: ³Orang-orangtidak mau mencari ilmu tidak lain karena mereka melihat sedikitnya orang yang berilmumengambil manfaat dari ilmunya.´ Seorang ulama juga berucap: ³Buah dari ilmu adalah pengamalan, sedang buah amal ialah balasan/pahala.
Ketiga, tidak pelit dengan ilmu. Orang yang berilmu harus mengajarkan ilmunya kepadayang lain, karena pelit dengan ilmu adalah tercela dan suatu kezaliman. Sebuah ujaranhikmah menyebutkan: Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, maka ia seolah-olah bodohtentangnya.
Keempat, bersifat mendidik dan lemah lembut. Seorang yang berilmu harus selalu memberinasihat dan bimbingan dengan lemah lembut, memberikan kemudahan-kemudahan kepadamuridnya dan memotivasinya untuk giat belajar. Perbuatan ini mendatangkan pahala besar  baginya. (Makmun Nawawi).
Allah akan mengangkat derajat orang berilmu dan beriman, berilmu dan beriman hanya dimiliki secara konsep oleh orang Islam, kenapa secara konsep dimiliki oleh orang Islam? Karena pada dasarnya Islam menghargaia ilmu dan sekaligus memberi kepercayaan dan keungulan kepada orang beriman yang berilmu. Kenapa orang beriman diberi keunggulan karena dengan ilmunya dan imannya pengetahuan dan keahliannya akan bermanfaat bagi diri dan orang lain. Kenapa harus bermanfaaat bagi diri dan orang lain? Jawabnya adalah karena Allah menyuruh untuk yang demikian,. Dengan ilmu dan imanlah pengetahuandan keahlian seseorang akan berdaya guna. Dengan ilmu dan imannya banyak orang mengambil manfaat dan sekaligus memberi manfaat bagi kebaikan dirinya.

Kenapa harus demikian kenapa orang berilmu harus mempunyai iman? Untuk menjawab hal tersebut perlu mencermati ayat tersebut sebelumnya (Mujadalah:11), dalam ayat tersebut digambarkan secara jelas bahwa hanya orang berilmu dan beriman yang akan diangkat derajatnya secara hakiki, bukan ilusi, derajat yang diberikan Allah kepada orang berilmu dan beriman merupakan sebuah penghargaan yang tinggi di sisi Allah. Berbeda halnya dengan orang berilmu tanpa iman, ia akan mendapatkan manfaat sedikit dari ilmu yang dikuasainya tanpa ada nilai tambah secara spiritual keakheratan, hal ini terjadi diantaranya adalah karena ia melepaskan antara ilmu dengan iman, sehingga secara konsep ia telah keluar dari Kriteria surat Mujadalah ayat 11 tersebut.


Maka jangan heran kalau orang berilmu tanap ada iman akan bertindak, berbuat dan berkata dan semua gerak geraiknya selalu membawa bencana, baik untuk diri dan lingkungnya. Kenapa selalu membawa bencana karena pada hakekatnya ilmu yang ia punya tidak mampu memberi cahaya kepada diri dan orang lain. Kenapa ilmunya tidak membawa cahaya? Karena ilmunya tanpa ada ruh iman, tanpa ada semangat iman sehingga ilmu menjadi redup dari esensi cahaya Ilahi. Maka tidak heran jika ilmu yang dikuasainya hanya membawa nestapa semua. Nestapa untuk diri dan orang sekelilingnya.


Nestapa diri dan orang lain akibat ilmu yang tidak ada ruh iman berakibat lebih lama dan tak berkesudahan, hal ini sangat mungkin terjadi karena ilmu yang ditularkan dan di berikan kepada orang laian tidak membawa esensi cahay Ilahi, esensi tauhid telah mati dalam jiwa imunya, ilmunya telah menjadi sesosok mayat , yang dingin tanpa ada kesejukan salju iman. Salju dalam ilmu hanya ada pada orang yang berilmu dan beriman. Ilmu yang dibalut dengan iman akan membawa rasa aman bagi diri dan orang lain.


Rasa aman ini timbul akibat pancaran cahaya Tuhan yang ada pada ilmu itu. Pancaran tersebut akan selalu bersinar dikala yang memberi ilmu yang menerima ilmu selalu dalam koridor ketuhanan. Ketika orang berilmu selalu dalam kamar ketentuan Tuhan maka, segala perbuatan, tingkah laku, tutur kata dan segala aktifitasnya akan membawa sejuta angin surga, membawa salju kesejukan bagi semua. Kenapa salju ada dalam ilmu? Karena ilmu tersebut disertai cahaya Tuhan, esensi kebenaran dan keagungan Ilahi terpancar dan menjadi semacam ruh ilmu.

 B. DORONGAN AGAR RAJIN BERIBADAH DAN GIAT BEKERJA
      1.     Motivasi Untuk Rajin Beribadah
Shalat merupakan tiang agama yang diturunkan oleh Allah s.w.t kemudian diberikan kepada nabi besar Rasulullah s.a.w secara langsung pada malam ‘Isra-mi’raj’.  Perlu kalian ketahui juga bahwa amal dan ibadah yang pertama kali di hisab oleh Allah s.w.t adalah ibadah ini. Dari pengertian yang tadi mungkinkah kalian tidak menerima “shalat” untuk duduk sebagai aktifitas utama anda.
Di bawah ini dorongan agar rajin melaksanakan ibadah terutama shalat:
 a. Isilah Hati Anda dengan Kebaikan
Karena pada umumnya hati hanya dapat diisi oleh satu point dengan begitu otomatis apabila anda mengedepakan hal kebaikan(Shalat) maka sesuatu hal yang buruk akan tersingkirkan.Keburukan tidak dapat dicampurmadukan dengan kebaikan.
b.      Bersikap baik terhadap lingkungan
Karena anda belum terdorong untuk shalat maka anda harus berbuat kebaikan jangan jadikan shalat sebagai pendorong kebaikan “jika anda belum terdorong untuk shalat” akan tetapi jadikan kebaikan pendorong untuk shalat dengan begitu ibadah shalat anda akan sempurna.
c.       Ketahuilah Sejarah Shalat
Pada masa rasulullah s.a.w, Allah S.A.W menurunlan perintah shalat secara langsung kepada rasulullah sebanyak 50 kali dalam sehari dengan alasan bahwa ummatku tidak dapat menyanggupi ibadah tersebut dalam sehari,Kata rasullah.Bagaimana tidak 5 kali shalat saja ada yang tidak menyanggupi apalahgi 50 rakaat.Maka dari itu motivasi ini sangat kuat untuk memberi anda kemauan untuk shalat.
d.      Berteman dengan orang yang shalat
Sebenarnya Allah telah memberikan tempat yang sangat mulia bagi orang yang menjaga shalatnya. Karena adanya hukum ketertarikan dalam manusia automatis jika kalian berteman dengan orang yang diberi tempat yang mulia insyallah anda akan tertular secara cepat seperti virus yang menyebar ke belahan dunia ini.
       2.     Motivasi Untuk Giat Bekerja
a.      Semangat Kerja

Semangat kerja merupakan dorongan kepada seseorang untuk giat bekerja. Dorongan tersebut berasal dari dirinya sendiri atau dari luar.
Berikut ini contoh dorongan semangat kerja dari dalam. Semangat kerja diperlukan oleh kita agar memperoleh hasil sesuai yang diinginkan. Jika ingin pintar, maka kita harus belajar. Sedangkan jika ingin sehat, maka kita harus rajin berolahraga.
Orang yang malas bekerja hasil kerjanya tidak sempurna. Hasil kerja yang tidak baik menyebabkan tidak dipercaya orang lain. Dapat juga dipecat dari pekerjaannya. Agar kita tidak seperti contoh di atas, dalam bekerja kita harus memiliki semangat kerja. Dengan keterampilan yang dimiliki, kita harus berusaha bekerja sebaik-baiknya.Orang yang mempunyai semangat kerja akan bekerja keras.
Berikut ini ciri-ciri semangat kerja:

1. Kerja Keras
Orang yang memiliki semangat kerja, akan bekerja keras. Dia tidak mudah menyerah bila gagal. Selalu berusaha dengan sebaik-baiknya.
Ciri-ciri pekerja keras:
a. Kesulitan tidak membuat berhenti bekerja.
b. Mencari cara kerja baru.
c. Tidak malu bertanya

2. Disiplin
Orang yang memiliki semangat kerja tentunya memiliki sikap disiplin. Disiplin merupakan bentuk perhatian terhadap waktu. Dia akan menghargai waktu. Dia tidak mudah mengingkari janji yang telah diberikan.
Ciri-ciri orang yang disiplin:
a. Tepat waktu
b. Tidak mengingkari janji

3. Jujur
Orang yang memiliki semangat kerja akan bersikap jujur. Jujur adalah berkata dan berbuat apa adanya, tidak mengada-ada. Orang yang jujur mau mengakui kekurangannya.
Ciri-ciri orang yang jujur:
a. Mau mengakui kekurangan
b. Tidak takut diolok-olok
c. Selalu mematuhi aturan
b.      Para Nabi Allah SWT adalah Pekerja Keras
Para Nabi yang merupakan manusia-manusia terbaik pilihan Allah SWT, termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang selalu bekerja keras, baik dalam mencari nafkah untuk diri sendiri dan keluarganya, maupun untuk dijadikan teladan dan panutan bagi kaumnya.
Nabi Daud as adalah salah satu pengrajin daun kurma yang getol bekerja. Dan menurut sebuah riwayat dari Hasyam bin ‘Urwah dari ayahnya, ketika Nabi Daud as berkhutbah, tanpa rasa sungkan beliau menyatakan dirinya sebagai pengrajin daun kurma untuk dibuat keranjang atau lainnya. Bahkan kemudian beliau memberi saran kepada seseorang yang kebetulan sedang menganggur, untuk membantunya menjualkan hasil pekerjaan tangannya itu.
Nabi Idris as adalah penjahit, yang selalu menyedekahkan kelebihan dari hasil usahanya setelah digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang sangat sederhana.
Nabi Zakaria as adalah tukang kayu. Sementara Nabi Musa as adalah seorang pengembala. Sedang Nabi Muhammad SAW pedagang, bahkan pekerjaan berdagang itu dilakukannya setelah ia bekerja sebagai penggembala domba milik orang-orang Makkah.
Sabda Rasulullah SAW: “Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi kecuali dia adalah pengembala domba”. Para sahabat pun bertanya: “Bagaimana dengan engkau, wahai RasululIah?”. Beliau menjawab: “Ya, akupun pernah mengembala domba milik orang Makkah dengan upah beberapa Qirat”. (HR. Bukhari)
Dalam sabdanya yang lain: “Adam adalah seorang petani, Nuh adalah seorang tukang kayu. Daud adalah pembuat baju besi. Idris adalah seorang penjahit. Dan Musa adalah pengembala”. (HR Hakim).

c.       Bekerja Adalah Sabilillah
Dalam suatu riwayat dinyatakan bahwa; pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW sedang berjalan bersama dengan para sahahat, tiba-tiba mereka menyaksikan seorang pemuda yang nampak gagah perkasa sedang bekerja keras membelah kayu bakar. Dan para sahahat pun berkomentar: “Celakalah pemuda itu. Mengapa keperkasaannya itu tidak digunakan untuk Sabilillah (jalan Allah)?” Lantas, Rasulullah SAW bersabda “Janganlah kalian berkata demikian. Sesungguhnya bila ia bekerja untuk menghindarkan diri dari meminta-minta (mengemis), maka ia berarti dalam Sabilillah. Dan jika ia bekerja untuk mencari nafkah serta mencukupi kedua orang tuanya atau keluarganya yang lemah, maka iapun dalam Sabilillah. Namun jika ia bekerja hanya untuk bermnegah-megahan serta hanya untuk memperkaya dirinya, maka ia dalam Sabilisy syaithan (jalan setan)”.
Dengan menyimak riwayat hadist tersebut di atas, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa baik atau buruknya serta halal atau haramnya suatu pekerjaan, ternyata ditentukan dari niatnya. Jika kita bekerja dengan maksud untuk menghindarkan diri dari pengangguran misalnya, maka pekerjaan itu baik dan halal. Namun jika tujuan kita bekerja hanya untuk mencari harta serta memperkaya diri sendiri, maka pekerjaan yang kita lakukan itu merupakan pekerjaan hina dan haram, sehingga wajib dijauhi.
Sabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya Allah cinta kepada hamba-Nya yang mempunyai hutang usaha, dan siapa saja yang bersusah payah serta bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, lantaran mereka seperti Fi Sabilillah (pejuang dijalan Allah) ‘Azza Wa Jalla”. (HR. Ahmad).

Fungsi ilmu

fungsi ilmu adalah untuk meningkatkan pengetahuan, memperbaiki diri, meningkatkankualitas hidup dan semakin mendekatkan diri kepada Alah SWT. Menggunakan ilmu dengan benar adalah menggunakan ilmu pada tempatnya dan sesuai dengan fungsinya.Dalam hidup ini, ada orang-orang tertentu yang tidak menggunakan ilmunya dengan benar seperti untuk kesombongan, untuk karir dan jabatan, untuk uang dan kekayaan, untuk mendapat pujian, untuk memperdaya orang, bahkan untuk menipu dan mencelakakan orang. Rasulullah SAW mengancam: Barangsiapa mencari ilmu bertujuan untuk membanggakan diri di hadapan ulama, atau mendebat orang-orang bodoh, atau untuk mencari  perhatian manusia, maka neraka adalah tempatnya (HR. Tirmidzi). Beliau juga bersabda: Ilmu itu ada dua yaitu ilmu di hati dan ini yang bermanfaat. Dan ilmu di bibir yang digunakan untuk mengecoh orang lain, ini yang dilaknat. Di bawah ini adalah ancaman-ancaman yang akan menjadi nyata pada orang-orang yang tidak menggunakan ilmunya dengan benar, baik buatdirinya sendiri maupun buat orang lain.

1. Lagu

Ancaman pertama bagi orang yang ilmunya tidak digunakan dengan benar adalah lagu.Artinya, ilmu yang dimilikinya terdengar oleh orang lain hanya sebagai lagu atau nyanyian belaka. Kalau ia bicara tentang ilmu dan kemampuannya terdengar nyaring, menarik 
perhatian dan membuat orang kagum. Tapi sebatas itu saja, tidak lebih. Ia sendiri tidak merasakan manfaat dari ilmunya itu, tidak naik derajatnya dan tidak menjadi terhormatdimata orang lain. Ini karena ilmu yang dimilikinya tidak digunakan dengan benar sehinggatidak terasa manfaatnya buat dirinya dan orang lain. Ciri orang yang ilmunya hanya menjadi lagu adalah ia sendiri sering tidak faham dengan pengetahuannya sendiri, tidak mengerti dengan apa yang diucapkannya dan kadang-kadang ia juga berfikir tidak ada manfaatnya bernyanyi-nyanyi seperti itu. Bila ada perasaannya seperti ini dalam diri kita, ini karena ilmu kita sering tanpa sadar digunakan dengan tidak benar. Orang seperti ini, jangankan orang lain, dirinya pun tidak percaya diri dengan ilmunya. Akhirnya, orang pun mendengarkannya tidak serius. Orang tahu ilmu dan pengetahuannya luas tapi orang tidak hormat padanya karena ilmunya, biasa-biasa saja. Hormatnya hanya karena kawan dan kenalan saja. Ketika ia berbicara menguraikan pengetahuannya, orang mendengarnya hanya sebuah lagu saja, terdengar nyaring tapi tidak berbekas, tidak berpengaruh, tidak dirasakan bermanfaat dan orang tidak merasa membutuhkannya. Kita harus segera introspeksi bila ilmu kita hanya berupa lagu saja.

2. Gagu

Kedua, orang yang tidak menggunakan ilmunya dengan benar ia akan gagu. Gagu adalah mulut yang sulit berbicara, kalau berbicara tidak jelas. Gagu adalah orang yang ber ilmu tapi bicaranya susah, mau menguraikan apa yang ada difikirannya susah, bicaranya pun tidak  jelas. Ia gagu dengan ilmunya sendiri. Bila dipaksakan berbicara, tidak jelas kemana, tidak  jelas arah dan maksudnya, orang mengkerutkan dahinya tidak mengerti. Ada sebagian orang di sekitar kita yang kondisinya seperti itu. Itu adalah hukuman karena ilmunya sering tidak digunakan dengan benar. Ilmunya sering digunakan untuk tujuan-tujuan salah, dibisniskan,disalahgunakan untuk tujuan-tujuan yang rendah sehingga akibat seperti itu. Akhirnya, ia menjadi gagu dengan ilmunya sendiri.

3. Tugu

Ketiga, orang yang ilmunya tidak digunakan dengan benar akan menjadi tugu. Tugu itu mati dan tontonan yang tidak menarik. Dimana-mana, tugu itu hanya monumen yang tidak menarik dipandang. Orang yang ilmunya menjadi tugu adalah orang yang ilmunya mati, tidak terdengar. Diketahui mendalami dan ahli ilmu tertentu, tapi tidak ada orang yang bertanya kepadanya tentang ilmunya. Orang tidak merasa tergerak untuk bertanya dan menggali ilmunya. Orang tidak menganggap penjelasannya akan menarik karena ketika ia sendirimenguraikan ilmunya, ia merasa susah, kesulitan dan malas menjelaskannya, dan sering tidak  percaya diri. Sepertinya rendah hati padahal kurang percaya diri. Atau, ketika  mencoba menguraikan pikirannya, ia kemudian membantahnya sendiri, mengoreksinya lagi sendiri karena takut terdengar salah di mata orang lain. Ilmunya ibaratnya seperti tugu, mati dan tidak berfungsi. Ia tidak hidup dan dikenal karena ilmunya. Kalau pun namanya disebut ya hanya nama nya saja, atau hanya jabatannya saja, hanya penampilannya saja, hanya kegiatannya, hanya hobi dan sifatnya saja dll. Profesor ahli apa atau doktor di bidang apa tidak menonjol dan tidak jadi pembicaraan. Banyak disekitar kita orang yang ilmunya hanya tugu seperti ini. Gelarnya doktor dan profesor yang menguasai bidang ilmu tertentu tapi tidak laku alias tidak ada yang mengundangnya ceramah ilmiah atau menjadikannya sebagai nara sumber. Ilmunya hanya buat sendiri saja, hanya sebuah tugu. Seperti tugu, jangankan orang merasakan manfaatnya, ia sendiri mati dan tidak berfungsi.

4. Tungku

ilmunya beku, bila ada Keempat ilmunya seperti tungku yang tidak ada apinya. Sifat tungku itu baru menyala biladiberi kayu bakar dan disulut dengan api dari luar. Ini adalah simbol dari ilmu yang tidak  berfungsi. Baru keluar bila ditanya, baru kelihatan bila dikorek-korek. Ia sendiri susah menggunakannya, susah mengeluarkannya sendiri bila ada orang atau situasi memerlukannya. Bila tidak ditanya, atau tidak ada orang bertanya, tidak ada orang tahu bahwa ia orang yang berilmu. Orang yang ilmunya menjadi tungku, tidak bisa mengeluarkannya sendiri. Cirinya tidak bisa dan tidak suka menulis, karenanya tidak punyakarya tulis yang dibanggakannya, yang kualitasnya diakui orang, yang jadi bahan pembicaraan khalayak. Kalau pun ada karya tulisnya tidak seimbang dengan gelar, posisi dan status yang disandangnya. Psikologi orang yang berilmu, biasanya tidak tahan untuk selalu menjelaskan apa yang diketahui, dilihat dan diamatinya, kemudian dituliskan untuk memberikan gagasan, memecahkan persoalan, untuk menyumbangkan ide buat masyarakat terutama bila situasi menuntutnya. Tapi karena ilmunya hanya tungku, ia dingin dengan ilmunya. Tidak ada kreatifitas untuk menulis apa yang ada difikirannya, tidak ada ke inginan menjelaskan persoalan yang dilihatnya dan mengembangkan ilmu yang dimilikinya. Ia hanya bereaksi bila ditanya, bila diajak ngobrol atau diwawancara. Orang yang ilmunya jenis tugu, juga karena tanpa sadar, ilmunya sering dipergunakan untuk tujuan-tujuan salah.

5. Beku

Terakhir beku. Karenanya orang yang seperti ini, ilmunya seperti es, beku tidak mencair dan tidak memberikan kesegaran pada lingkungan sekitar. Banyak orang yang ilmunya beku padahal mestinya mencair, mestinya mengalir memberikan manfaat, membasahi dan menyuburkan lingkungan sekitar. Orang yang situasi dan lingkungan memerlukan ilmu dan pengetahuannya, ia diam saja, dingin, tidak kreatif, tidak bisa bergerak.Ilmunya beku dalam otak dan fikirannya, tidak bisa mengalirkannya pada orang lain agar  bermanfaat.Mudah-mudahan menjadi renungan dan ada manfaatnya.

  DERAJAT ORANG YANG BERIMAN DAN BERILMU

Imam Bukhari dalam menulis tentang kitab ilmu, tidak langsung menyajikan hadits seperti biasanya, tetapi memulai dengan potongan surat Al Mujaadilah ayat 11 :”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”  Kemudian disusul dengan surat Thahaa ayat 20: ”Ya Tuhanku, Tambahkanlah ilmu pengetahuan.”  Judul yang diberikan pada bagian awal tersebut  ”Keutamaan Ilmu.”
    Al  Karmani menukilkan dari beberapa ahli Syam, bahwa susunan bab dalah Shahih Bukhari ini dan penghapusan yang dilakukan olehnya bisa jadi disebabkan  dia akan menggantikannya. Sedangkan beberapa pakar Irak mengatakan bahwa hadits yang tidak disebutkan setelah judul adalah karena hadits tersebut tidak sesuai dengan syarat Bukhari.  Menurut Ibnu Hajar, Imam Bikhari memulai pemhasan tentang ilmu dimulai dengan keutamaan ilmu, bukan hakikat ilmu, karena beliau menganggap bahwa hakikat ilmu telah diketahui oleh banyak orang atau bisa jadi pembahasan tentang hakikat sesuatu bukanlah tujuan dari kitab tersebut. Kedua makna ini dapat diterima karena Imam Bukhari tidak mengarang kitabnya untuk menentukan definisi sesuatu, akan tetapi kitab terseb berlandaskan gaya Arab klasik yang memulai tulisan dengan menyebut keutamaan sesuatu untuk menarik perhatian jika hakikatnya telah diketahui.







2 komentar: