BAB II PEMBAHASAN
keutamaan
orang beriman dan berilmu
A. KEUTAMAAN ORANG BERIMAN DAN BERILMU
Firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah:
يا أَ
يُّهَا ا لَّذ ينَ ا مَنُـوْا إِ ذَا قـيْـلَ
لَـكُـمْ تَـفَـَّسـحُـوا فِـى ا لْـمَجَـا لـِسِ فـا فـسـحـوا
يـفـسـح ا لله
نـكـم
و إ ذا قـيـل ا نـشــزوا فا نـشـزوا . يـر
فـع الله ا لذ يـن ا مـنـوا مـنـكـم و ا لذ
يـن أ و تـوا ا لـعــلـم د ر
جـا ت . ( ا
لـمـجـا د لـه : 11)
‘Hai orang orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu ‘berlapang lapanglah
dalam majelis , maka lapangkanlah niccaya Allah akan memberi kelapangan untukmu
.dan apabila dikatakan ;’berdirilah kamu’ , maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang orang yang beriman diantara kamu dan orang orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat .dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan” (qs.58;11)
Penjelasan: QS.Al Mujaadilah ayat 11
Orang mukmin diperintahkanuntuk berlapang lapang dalam majelis.
Orang mukmin diperintahkan untuk mengikuti perintah (Allah dan pemimpin yang
taat kepada Allah)
Allah akan mengangkat derajat orang-orang yan beriman dan berimu dengan derajat
yang berlipat.
Allah Maha Mengetahui terhadap apa apa yang manusia kerjakan.
1. Manfaat Iman Bagi Kehidupan
Sebagai manusia ada yang tidak percaya akan adanya sesuatu yang tidak dapat
mereka
tangkap oleh salah satu panca indra. Bagi mereka, apa-apa yang tidak dapat
ditangkap oleh salah satu panca indra itu berarti tidak ada. Sebagian lagi ada
yang berpendirian bahwa mereka hanya dapat menerima kebenaran sesuai bila hal
itu masuk akal. Orang orang seperti ini hanya mempergunakan akalnya untuk
menerima sesuatu tanpa melibatkan unsur kepercayaan dengan keterbelakangan,
karena itu mereka tidak mempercayai pada apa saja yang dianggap tidak rasional
padahal pada kenyataan sehari-hari seseorang tidak mungkin melepaskan diri dari
kepercayaan. Beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada
kehidupan manusia
- Iman
melenyapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda. Orang-orang beriman hanya
percaya kepada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kepercayaan dan keyakinan
yang demikian memberikan sikap mendewa-dewakan manusia yang kebetulan
sedang memegang kekuasaan;menghilangkan kepercayaan kepada kesaktian
benda-benda keramat,jampi-jampi dan sebagainya
- Iman
menanamkan semangat berani menghadapi maut. Orang yang beriman yakin
sepenuhnya bahwa kematian itu ditangan Allah. Firman allah: “Dimana saja
kamu berada, kematian akan datang mendapatkan Kamu kendatipun kamu dalam
benteng yang tinggi lagi kokoh.(An-nisaa,4:78)”.
- Iman
menanamkan sikap ³self help´ dalam kehidupan rezeki atau mata pencaharian
memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Banyak orang yang
melepaskan pendiriannya karena kepentingan penghidupannya. Firman Allah:
“Dan tidak ada satu binatang melatapun di bumi melainkan Allah lah yang
memberi rezekinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan
tempat penyimpanannya (lauhmahfud).(hud,11;6)
- Iman
memberikan ketentraman jiwa acap kali manusia dilanda resah dan duka cita,
digoncang oleh keraguan dan kebimbangan. Orang beriman mempunyai
keseimbangan, hatinya tentram (mutmainnah), jiwanya tenang (sakinah).
- Iman
mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayibah) kehidupan yang baik ialah
kehidupan orang-orang yangselalu melakukan kebaikan, mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang baik
- Iman
melakukan sikap ikhlas dan konsekuen iman memberikan pengaruh kepada
seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpa pamrih orang yang
beriman akan senang tiasa konsekuen dengan apayang telahdiikrarkanya,baik
dengan lidahnya maupun dengan hatinya.
2. Kelebihan Ilmu Dibanding Harta
Menurut ayat tersebut, Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang
beriman dan berilmu pengetahuan beberapa tingkat. Oleh karenanya Allah menyuruh
manusia berpikir menggali ilmu pengetahuan, membentuk majelis ta’lim, membaca
ayat-ayat Allah, baik ayat yang tertulis maupun yang tercipta yaitu segala
sesuatu yang diciptakan Allah misalnya langit, bumi, gunung, bintang, dll.
Khalifah Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa ada sepuluh kelebihan ilmu
dibanding harta, yaitu:
- Ilmu
adalah warisan para nabi, sedangkan harta adalah warisan dari Fir’aun,
Qarun, dan lain-lain.
- Ilmu
selalu menjaga orang yang mempunyainya, sedangkan harta dijaga oleh orang
yang mempunyainya.
- Orang
yang berilmu banyak mempunyai teman, sedangkan orang yang berharta
mempunyai banyak lawan.
- Ilmu
apabila diberikan kepada orang lain akan bertambah sedangkan harta bila
diberikan akan berkurang.
- Ilmuwan
sering dipanggil alim, ulama, dan lain-lain. Sedangkan hartawan sering
dipanggil bakhil, kikir, dan lain-lain.
- Pemilik
ilmu akan menerima syafaat pada hari kiamat, sedangkan pemilik harta
dimintai pertanggungjawabann ya.
- Ilmu
apabila disimpan tidak akan habis, sedangkan harta bila disimpan akan
usang dan lapuk.
- Ilmu
tidak usah dijaga dari kejahatan, sedangkan harta selalu dijaga dari
kejahatan.
- Ilmu
tidak memerlukan tempat, sementara harta memerlukan tempat.
- Ilmu
akan menyinari hati hingga menjadi terang dan tenteram, sedangkan harta
akan mengeraskan hati.
Nasihat yang disampaikan Ali tersebut menegaskan kepada kita bahwa ilmu
lebih mulia dari pada harta, dalam mencari harta kita boleh jadi merugi, akan
tetapi sejauh mana pun kita mencari ilmu tidak akan pernah ada istilah merugi.
Beribadah kepada Allah dan menuntut ilmu adalah suatu kewajiban bagi
seorang muslim.
Ilmu sangat penting dan sangat tinggi manfaatnya (QS.Shaad:45)
Keimanaan lebih utama dibanding ilmu (QS.As Shaaffat:81)
Dengan beriman dan berilmu derajat manusia akan semakin meningkat.
Agama akan semakin ditinggikan apabila umatnya semakin beriman dan berilmu.
3. Empat Akhlak Yang Melekat Dalam Diri
Orang Yang Berilmu
Akal yang cerdas dan brilian memang sebuah anugerah. Namun ia bukan
merupakan perantisatu-satunya dalam membimbing manusia untuk meraih kesejatian.
Bahkan tidak sedikitorang yang kebablasan, sehingga menuhankan akal. Dalam
kaitan ini, maka agama danakhlak mesti terus mengawali kemampuan akal ini,
sebagaimana yang diujarkan oleh Umar bin Khaththab: ³Modal seorang
laki-laki adalah akalnya, kemuliaannya terletak padaagamanya, dan harga dirinya
ada pada akhlaknya.´Bila akhlak menjadi parameter dari harga diri seseorang,
maka lebih-lebih terhadap ulama.Maka akhlak menjadi bagian yang inheren dan
instrinsik dengan dirinya. Dari permenungan Imam Mawardi, setidaknya ada empat
akhlak yang harus melekat dalam diri orang yang berilmu,yaitu:
Pertama, tawadhu dan tidak ujub. Karena Nabi
mengatakan: ³Sesungguhnya ujub itu akanmemakan hasanah (kebaikan) sebagaimana
api melalap kayu bakar.´ Seorang ulama juga berujar: ³Barangsiapa yang
takabur dan merasa tinggi dengan ilmunya, Allah akanmerendahkannya, dan
barangsiapa yang tawadhu’ (rendah hati) dengan ilmunya, Allah
akanmengangkatnya.
Kedua, mengamalkan ilmu. Dalam hal ini,
Ali bin Abu Thalib mengingatkan: ³Orang-orangtidak mau mencari ilmu tidak lain
karena mereka melihat sedikitnya orang yang berilmumengambil manfaat dari
ilmunya.´ Seorang ulama juga berucap: ³Buah dari ilmu adalah pengamalan,
sedang buah amal ialah balasan/pahala.
Ketiga, tidak pelit dengan ilmu. Orang yang
berilmu harus mengajarkan ilmunya kepadayang lain, karena pelit dengan ilmu
adalah tercela dan suatu kezaliman. Sebuah ujaranhikmah menyebutkan:
Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, maka ia seolah-olah bodohtentangnya.
Keempat, bersifat mendidik dan lemah lembut.
Seorang yang berilmu harus selalu memberinasihat dan bimbingan dengan lemah
lembut, memberikan kemudahan-kemudahan kepadamuridnya dan memotivasinya untuk
giat belajar. Perbuatan ini mendatangkan pahala besar baginya.
(Makmun Nawawi).
Allah akan mengangkat derajat orang
berilmu dan beriman, berilmu dan beriman hanya dimiliki secara konsep oleh
orang Islam, kenapa secara konsep dimiliki oleh orang Islam? Karena pada
dasarnya Islam menghargaia ilmu dan sekaligus memberi kepercayaan dan keungulan
kepada orang beriman yang berilmu. Kenapa orang beriman diberi keunggulan
karena dengan ilmunya dan imannya pengetahuan dan keahliannya akan bermanfaat
bagi diri dan orang lain. Kenapa harus bermanfaaat bagi diri dan orang lain?
Jawabnya adalah karena Allah menyuruh untuk yang demikian,. Dengan ilmu dan
imanlah pengetahuandan keahlian seseorang akan berdaya guna. Dengan ilmu dan
imannya banyak orang mengambil manfaat dan sekaligus memberi manfaat bagi
kebaikan dirinya.
Kenapa harus demikian kenapa orang berilmu harus mempunyai iman? Untuk menjawab
hal tersebut perlu mencermati ayat tersebut sebelumnya (Mujadalah:11), dalam
ayat tersebut digambarkan secara jelas bahwa hanya orang berilmu dan beriman
yang akan diangkat derajatnya secara hakiki, bukan ilusi, derajat yang
diberikan Allah kepada orang berilmu dan beriman merupakan sebuah penghargaan
yang tinggi di sisi Allah. Berbeda halnya dengan orang berilmu tanpa iman, ia
akan mendapatkan manfaat sedikit dari ilmu yang dikuasainya tanpa ada nilai
tambah secara spiritual keakheratan, hal ini terjadi diantaranya adalah karena
ia melepaskan antara ilmu dengan iman, sehingga secara konsep ia telah keluar
dari Kriteria surat Mujadalah ayat 11 tersebut.
Maka jangan heran kalau orang berilmu tanap ada iman akan bertindak, berbuat
dan berkata dan semua gerak geraiknya selalu membawa bencana, baik untuk diri
dan lingkungnya. Kenapa selalu membawa bencana karena pada hakekatnya ilmu yang
ia punya tidak mampu memberi cahaya kepada diri dan orang lain. Kenapa ilmunya
tidak membawa cahaya? Karena ilmunya tanpa ada ruh iman, tanpa ada semangat
iman sehingga ilmu menjadi redup dari esensi cahaya Ilahi. Maka tidak heran
jika ilmu yang dikuasainya hanya membawa nestapa semua. Nestapa untuk diri dan
orang sekelilingnya.
Nestapa diri dan orang lain akibat ilmu yang tidak ada ruh iman berakibat lebih
lama dan tak berkesudahan, hal ini sangat mungkin terjadi karena ilmu yang
ditularkan dan di berikan kepada orang laian tidak membawa esensi cahay Ilahi, esensi
tauhid telah mati dalam jiwa imunya, ilmunya telah menjadi sesosok mayat , yang
dingin tanpa ada kesejukan salju iman. Salju dalam ilmu hanya ada pada orang
yang berilmu dan beriman. Ilmu yang dibalut dengan iman akan membawa rasa aman
bagi diri dan orang lain.
Rasa aman ini timbul akibat pancaran cahaya Tuhan
yang ada pada ilmu itu. Pancaran tersebut akan selalu bersinar dikala yang
memberi ilmu yang menerima ilmu selalu dalam koridor ketuhanan. Ketika orang
berilmu selalu dalam kamar ketentuan Tuhan maka, segala perbuatan, tingkah
laku, tutur kata dan segala aktifitasnya akan membawa sejuta angin surga,
membawa salju kesejukan bagi semua. Kenapa salju ada dalam ilmu? Karena ilmu
tersebut disertai cahaya Tuhan, esensi kebenaran dan keagungan Ilahi terpancar
dan menjadi semacam ruh ilmu.
B. DORONGAN AGAR RAJIN BERIBADAH DAN GIAT BEKERJA
1. Motivasi
Untuk Rajin Beribadah
Shalat merupakan tiang agama yang diturunkan oleh Allah s.w.t kemudian
diberikan kepada nabi besar Rasulullah s.a.w secara langsung pada malam
‘Isra-mi’raj’. Perlu kalian ketahui juga bahwa amal dan ibadah yang
pertama kali di hisab oleh Allah s.w.t adalah ibadah ini. Dari pengertian yang
tadi mungkinkah kalian tidak menerima “shalat” untuk duduk sebagai aktifitas
utama anda.
Di bawah ini dorongan agar rajin melaksanakan ibadah terutama shalat:
a. Isilah Hati Anda dengan Kebaikan
Karena pada umumnya hati hanya dapat diisi oleh satu point dengan begitu
otomatis apabila anda mengedepakan hal kebaikan(Shalat) maka sesuatu hal yang
buruk akan tersingkirkan.Keburukan tidak dapat dicampurmadukan dengan kebaikan.
b. Bersikap baik terhadap lingkungan
Karena anda belum terdorong untuk shalat maka anda harus berbuat kebaikan
jangan jadikan shalat sebagai pendorong kebaikan “jika anda belum terdorong
untuk shalat” akan tetapi jadikan kebaikan pendorong untuk shalat dengan begitu
ibadah shalat anda akan sempurna.
c. Ketahuilah Sejarah Shalat
Pada masa rasulullah s.a.w, Allah S.A.W menurunlan perintah shalat secara
langsung kepada rasulullah sebanyak 50 kali dalam sehari dengan alasan bahwa
ummatku tidak dapat menyanggupi ibadah tersebut dalam sehari,Kata
rasullah.Bagaimana tidak 5 kali shalat saja ada yang tidak menyanggupi apalahgi
50 rakaat.Maka dari itu motivasi ini sangat kuat untuk memberi anda kemauan
untuk shalat.
d. Berteman dengan orang yang shalat
Sebenarnya Allah telah memberikan tempat yang sangat mulia bagi orang yang
menjaga shalatnya. Karena adanya hukum ketertarikan dalam manusia automatis
jika kalian berteman dengan orang yang diberi tempat yang mulia insyallah anda
akan tertular secara cepat seperti virus yang menyebar ke belahan dunia ini.
2.
Motivasi Untuk Giat Bekerja
a. Semangat Kerja
Semangat
kerja merupakan dorongan kepada seseorang untuk giat bekerja. Dorongan tersebut
berasal dari dirinya sendiri atau dari luar.
Berikut ini contoh dorongan semangat kerja dari dalam. Semangat kerja
diperlukan oleh kita agar memperoleh hasil sesuai yang diinginkan. Jika ingin
pintar, maka kita harus belajar. Sedangkan jika ingin sehat, maka kita harus
rajin berolahraga.
Orang yang malas bekerja hasil kerjanya tidak sempurna. Hasil kerja yang tidak
baik menyebabkan tidak dipercaya orang lain. Dapat juga dipecat dari
pekerjaannya. Agar kita tidak seperti contoh di atas, dalam bekerja kita harus
memiliki semangat kerja. Dengan keterampilan yang dimiliki, kita harus berusaha
bekerja sebaik-baiknya.Orang yang mempunyai semangat kerja akan bekerja keras.
Berikut ini
ciri-ciri semangat kerja:
1. Kerja Keras
Orang yang memiliki semangat kerja, akan bekerja keras. Dia tidak mudah
menyerah bila gagal. Selalu berusaha dengan sebaik-baiknya.
Ciri-ciri pekerja keras:
a. Kesulitan tidak membuat berhenti bekerja.
b. Mencari cara kerja baru.
c. Tidak malu bertanya
2. Disiplin
Orang yang memiliki semangat kerja tentunya memiliki sikap disiplin.
Disiplin merupakan bentuk perhatian terhadap waktu. Dia akan menghargai waktu.
Dia tidak mudah mengingkari janji yang telah diberikan.
Ciri-ciri
orang yang disiplin:
a. Tepat waktu
b. Tidak mengingkari janji
3. Jujur
Orang yang memiliki semangat kerja akan bersikap jujur. Jujur adalah
berkata dan berbuat apa adanya, tidak mengada-ada. Orang yang jujur mau
mengakui kekurangannya.
Ciri-ciri
orang yang jujur:
a. Mau
mengakui kekurangan
b. Tidak takut diolok-olok
c. Selalu mematuhi aturan
b. Para Nabi Allah SWT adalah Pekerja Keras
Para Nabi yang merupakan manusia-manusia terbaik pilihan Allah SWT,
termasuk ke dalam kelompok orang-orang yang selalu bekerja keras, baik dalam
mencari nafkah untuk diri sendiri dan keluarganya, maupun untuk dijadikan
teladan dan panutan bagi kaumnya.
Nabi Daud as adalah salah satu pengrajin daun kurma yang getol bekerja. Dan
menurut sebuah riwayat dari Hasyam bin ‘Urwah dari ayahnya, ketika Nabi Daud as
berkhutbah, tanpa rasa sungkan beliau menyatakan dirinya sebagai pengrajin daun
kurma untuk dibuat keranjang atau lainnya. Bahkan kemudian beliau memberi saran
kepada seseorang yang kebetulan sedang menganggur, untuk membantunya menjualkan
hasil pekerjaan tangannya itu.
Nabi Idris as adalah penjahit, yang selalu menyedekahkan kelebihan dari
hasil usahanya setelah digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang sangat
sederhana.
Nabi Zakaria as adalah tukang kayu. Sementara Nabi Musa as adalah seorang pengembala.
Sedang Nabi Muhammad SAW pedagang, bahkan pekerjaan berdagang itu dilakukannya
setelah ia bekerja sebagai penggembala domba milik orang-orang Makkah.
Sabda Rasulullah SAW: “Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi kecuali dia
adalah pengembala domba”. Para sahabat pun bertanya: “Bagaimana dengan engkau,
wahai RasululIah?”. Beliau menjawab: “Ya, akupun pernah mengembala domba milik
orang Makkah dengan upah beberapa Qirat”. (HR. Bukhari)
Dalam sabdanya yang lain: “Adam adalah seorang petani, Nuh adalah seorang
tukang kayu. Daud adalah pembuat baju besi. Idris adalah seorang penjahit. Dan
Musa adalah pengembala”. (HR Hakim).
c. Bekerja Adalah Sabilillah
Dalam suatu riwayat dinyatakan bahwa; pada suatu hari, ketika Rasulullah
SAW sedang berjalan bersama dengan para sahahat, tiba-tiba mereka menyaksikan
seorang pemuda yang nampak gagah perkasa sedang bekerja keras membelah kayu
bakar. Dan para sahahat pun berkomentar: “Celakalah pemuda itu. Mengapa
keperkasaannya itu tidak digunakan untuk Sabilillah (jalan Allah)?” Lantas,
Rasulullah SAW bersabda “Janganlah kalian berkata demikian. Sesungguhnya bila
ia bekerja untuk menghindarkan diri dari meminta-minta (mengemis), maka ia
berarti dalam Sabilillah. Dan jika ia bekerja untuk mencari nafkah serta mencukupi
kedua orang tuanya atau keluarganya yang lemah, maka iapun dalam Sabilillah.
Namun jika ia bekerja hanya untuk bermnegah-megahan serta hanya untuk
memperkaya dirinya, maka ia dalam Sabilisy syaithan (jalan setan)”.
Dengan menyimak riwayat hadist tersebut di atas, maka kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa baik atau buruknya serta halal atau haramnya suatu pekerjaan,
ternyata ditentukan dari niatnya. Jika kita bekerja dengan maksud untuk
menghindarkan diri dari pengangguran misalnya, maka pekerjaan itu baik dan
halal. Namun jika tujuan kita bekerja hanya untuk mencari harta serta
memperkaya diri sendiri, maka pekerjaan yang kita lakukan itu merupakan
pekerjaan hina dan haram, sehingga wajib dijauhi.
Sabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya Allah cinta kepada hamba-Nya yang
mempunyai hutang usaha, dan siapa saja yang bersusah payah serta bekerja keras
mencari nafkah untuk keluarganya, lantaran mereka seperti Fi Sabilillah
(pejuang dijalan Allah) ‘Azza Wa Jalla”. (HR. Ahmad).
Fungsi ilmu
fungsi ilmu
adalah untuk meningkatkan pengetahuan, memperbaiki diri, meningkatkankualitas
hidup dan semakin mendekatkan diri kepada Alah SWT. Menggunakan ilmu
dengan benar adalah menggunakan ilmu pada tempatnya dan sesuai dengan
fungsinya.Dalam hidup ini, ada orang-orang tertentu yang tidak menggunakan
ilmunya dengan benar seperti untuk kesombongan, untuk karir dan jabatan,
untuk uang dan kekayaan, untuk mendapat pujian, untuk memperdaya orang,
bahkan untuk menipu dan mencelakakan orang. Rasulullah SAW mengancam: Barangsiapa
mencari ilmu bertujuan untuk membanggakan diri di hadapan ulama, atau mendebat
orang-orang bodoh, atau untuk mencari perhatian manusia, maka neraka adalah
tempatnya (HR. Tirmidzi). Beliau juga bersabda: Ilmu itu ada dua yaitu ilmu di
hati dan ini yang bermanfaat. Dan ilmu di bibir yang digunakan
untuk mengecoh orang lain, ini yang dilaknat. Di bawah ini adalah
ancaman-ancaman yang akan menjadi nyata pada orang-orang yang tidak menggunakan
ilmunya dengan benar, baik buatdirinya
sendiri maupun buat orang lain.
1. Lagu
Ancaman
pertama bagi orang yang ilmunya tidak digunakan dengan benar adalah
lagu.Artinya, ilmu yang dimilikinya terdengar oleh orang lain hanya sebagai
lagu atau nyanyian belaka. Kalau ia bicara tentang ilmu dan kemampuannya
terdengar nyaring, menarik
perhatian
dan membuat orang kagum. Tapi sebatas itu saja, tidak lebih. Ia sendiri
tidak merasakan manfaat dari ilmunya itu, tidak naik derajatnya dan tidak
menjadi terhormatdimata orang lain. Ini karena ilmu yang dimilikinya tidak
digunakan dengan benar sehinggatidak terasa manfaatnya buat dirinya dan orang
lain. Ciri orang yang ilmunya hanya menjadi lagu adalah ia sendiri sering tidak
faham dengan pengetahuannya sendiri, tidak mengerti dengan apa yang
diucapkannya dan kadang-kadang ia juga berfikir tidak ada manfaatnya
bernyanyi-nyanyi seperti itu. Bila ada perasaannya seperti ini dalam diri kita,
ini karena ilmu kita sering tanpa sadar digunakan dengan tidak benar. Orang
seperti ini, jangankan orang lain, dirinya
pun tidak percaya diri dengan ilmunya. Akhirnya, orang pun mendengarkannya
tidak serius. Orang tahu ilmu dan pengetahuannya luas tapi orang
tidak hormat padanya karena ilmunya, biasa-biasa saja. Hormatnya hanya
karena kawan dan kenalan saja. Ketika ia berbicara menguraikan pengetahuannya,
orang mendengarnya hanya sebuah lagu saja, terdengar nyaring tapi tidak
berbekas, tidak berpengaruh, tidak dirasakan bermanfaat dan orang tidak
merasa membutuhkannya. Kita harus segera introspeksi bila ilmu kita hanya berupa lagu saja.
2. Gagu
Kedua, orang
yang tidak menggunakan ilmunya dengan benar ia akan gagu. Gagu adalah mulut
yang sulit berbicara, kalau berbicara tidak jelas. Gagu adalah orang yang ber ilmu
tapi bicaranya susah, mau menguraikan apa yang ada difikirannya susah,
bicaranya pun tidak jelas. Ia gagu dengan ilmunya sendiri. Bila
dipaksakan berbicara, tidak jelas kemana, tidak jelas arah dan
maksudnya, orang mengkerutkan dahinya tidak mengerti. Ada sebagian orang di
sekitar kita yang kondisinya seperti itu. Itu adalah hukuman karena ilmunya
sering tidak digunakan dengan benar. Ilmunya sering digunakan untuk
tujuan-tujuan salah, dibisniskan,disalahgunakan untuk tujuan-tujuan yang rendah
sehingga akibat seperti itu. Akhirnya, ia menjadi gagu dengan ilmunya sendiri.
3. Tugu
Ketiga, orang
yang ilmunya tidak digunakan dengan benar akan menjadi tugu. Tugu itu mati dan
tontonan yang tidak menarik. Dimana-mana, tugu itu hanya monumen yang
tidak menarik dipandang. Orang yang ilmunya menjadi tugu adalah orang yang
ilmunya mati, tidak terdengar. Diketahui mendalami dan ahli ilmu tertentu,
tapi tidak ada orang yang bertanya kepadanya tentang ilmunya. Orang tidak
merasa tergerak untuk bertanya dan menggali ilmunya. Orang tidak menganggap
penjelasannya akan menarik karena ketika ia sendirimenguraikan ilmunya, ia
merasa susah, kesulitan dan malas menjelaskannya, dan sering
tidak percaya diri. Sepertinya rendah hati padahal kurang percaya
diri. Atau, ketika mencoba menguraikan
pikirannya, ia kemudian membantahnya sendiri, mengoreksinya lagi sendiri karena
takut terdengar salah di mata orang lain. Ilmunya ibaratnya seperti tugu, mati
dan tidak berfungsi. Ia tidak hidup dan dikenal karena ilmunya. Kalau pun
namanya disebut ya hanya nama nya saja, atau
hanya jabatannya saja, hanya penampilannya saja, hanya kegiatannya, hanya
hobi dan sifatnya saja dll. Profesor ahli apa atau doktor di bidang apa tidak
menonjol dan tidak jadi pembicaraan. Banyak disekitar kita orang yang ilmunya
hanya tugu seperti ini. Gelarnya doktor dan profesor yang menguasai bidang ilmu
tertentu tapi tidak laku alias tidak ada yang mengundangnya ceramah ilmiah atau
menjadikannya sebagai nara sumber. Ilmunya hanya buat sendiri saja, hanya
sebuah tugu. Seperti tugu, jangankan
orang merasakan manfaatnya, ia sendiri mati dan tidak berfungsi.
4. Tungku
ilmunya
beku, bila ada Keempat ilmunya seperti tungku yang tidak ada apinya. Sifat
tungku itu baru menyala biladiberi kayu bakar dan disulut dengan api dari luar.
Ini adalah simbol dari ilmu yang tidak berfungsi. Baru keluar bila
ditanya, baru kelihatan bila dikorek-korek. Ia sendiri susah menggunakannya,
susah mengeluarkannya sendiri bila ada orang atau situasi memerlukannya. Bila
tidak ditanya, atau tidak ada orang bertanya, tidak ada orang tahu bahwa
ia orang yang berilmu. Orang yang ilmunya menjadi tungku, tidak bisa mengeluarkannya
sendiri. Cirinya tidak bisa dan tidak suka menulis, karenanya tidak punyakarya
tulis yang dibanggakannya, yang kualitasnya diakui orang, yang jadi
bahan pembicaraan khalayak. Kalau pun ada karya tulisnya tidak seimbang
dengan gelar, posisi dan status yang disandangnya. Psikologi orang yang
berilmu, biasanya tidak tahan untuk selalu menjelaskan apa yang diketahui,
dilihat dan diamatinya, kemudian dituliskan untuk memberikan gagasan, memecahkan persoalan, untuk menyumbangkan ide buat
masyarakat terutama bila situasi menuntutnya. Tapi karena ilmunya hanya
tungku, ia dingin dengan ilmunya. Tidak ada kreatifitas untuk menulis apa yang
ada difikirannya, tidak ada ke inginan menjelaskan persoalan yang dilihatnya
dan mengembangkan ilmu yang dimilikinya. Ia hanya bereaksi bila ditanya,
bila diajak ngobrol atau diwawancara. Orang yang ilmunya jenis tugu, juga
karena tanpa sadar, ilmunya sering dipergunakan untuk tujuan-tujuan salah.
5. Beku
Terakhir
beku. Karenanya orang yang seperti ini, ilmunya seperti es, beku tidak mencair
dan tidak memberikan kesegaran pada lingkungan sekitar. Banyak orang yang
ilmunya beku padahal mestinya mencair, mestinya mengalir memberikan
manfaat, membasahi dan menyuburkan lingkungan sekitar. Orang yang situasi dan
lingkungan memerlukan ilmu dan pengetahuannya, ia diam saja, dingin, tidak
kreatif, tidak bisa bergerak.Ilmunya beku dalam otak dan fikirannya, tidak bisa
mengalirkannya pada orang lain agar bermanfaat.Mudah-mudahan menjadi
renungan dan ada manfaatnya.
DERAJAT
ORANG YANG BERIMAN DAN BERILMU
Imam Bukhari
dalam menulis tentang kitab ilmu, tidak langsung menyajikan hadits seperti
biasanya, tetapi memulai dengan potongan surat Al Mujaadilah ayat 11 :”Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” Kemudian disusul dengan
surat Thahaa ayat 20: ”Ya Tuhanku, Tambahkanlah ilmu pengetahuan.”
Judul yang diberikan pada bagian awal tersebut ”Keutamaan Ilmu.”
Al Karmani menukilkan dari beberapa ahli Syam, bahwa
susunan bab dalah Shahih Bukhari ini dan penghapusan yang dilakukan olehnya
bisa jadi disebabkan dia akan menggantikannya. Sedangkan beberapa pakar
Irak mengatakan bahwa hadits yang tidak disebutkan setelah judul adalah karena
hadits tersebut tidak sesuai dengan syarat Bukhari. Menurut Ibnu Hajar,
Imam Bikhari memulai pemhasan tentang ilmu dimulai dengan keutamaan ilmu, bukan
hakikat ilmu, karena beliau menganggap bahwa hakikat ilmu telah diketahui oleh
banyak orang atau bisa jadi pembahasan tentang hakikat sesuatu bukanlah tujuan
dari kitab tersebut. Kedua makna ini dapat diterima karena Imam Bukhari tidak
mengarang kitabnya untuk menentukan definisi sesuatu, akan tetapi kitab terseb berlandaskan
gaya Arab klasik yang memulai tulisan dengan menyebut keutamaan sesuatu untuk
menarik perhatian jika hakikatnya telah diketahui.